Hikmah Ibnu Atha'illah As-Sakandary
Hikam Hikmah Ke-6
Hikam Hikmah Ke-6
لا
يكن تأخر أمد العطاء مع الالحاح في الدعاء موجبا ليأسك فهو ضمن لك
الاستجابة فيما يختاره لك لا فيما تختاره لنفسك وفي الوقت الذي يريد لا في
الوقت الذي تريد
Janganlah
do'a yang lama di kabulkan padahal engkau telah meminta dengan
sungguh-sungguh menjadikan engkau putus asa, karena Allah SWT pasti
akan mengabulkan do'amu sesuai dengan kehendak-Nya bukan sesuai dengan
keinginanmu dan pada waktu yang Dia kehendaki bukan pada waktu yang
engkau inginkan .
Penjelasan dan dalilnya
Ayoo.... berdo'a.... |
Alloh SWT telah berfirman di dalam surat Al-Mu'min ayat : 60 :
Artinya :
Dan tuhanmu berfirman "Berdo'alah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu".
Terkadang ada orang
yang sudah berdo'a dengan sungguh-sungguh namun dia tidak mendapatkan
apa yang dia inginkan di dalam do'anya. Sehingga dia menyangka bahwa
Alloh tidak menepatinya janjinya.
Perasangka
ini adalah sebuah kesalahan yang sangat vital dan tidak bisa di
tolelir lagi hal ini dikarenakan kebanyakan orang hanya meminta dengan
mulutnya tersebut, dia tidak memahami makna dari do'a dan
syarat-syaratnya.
Meminta (tholab) itu, belum bisa di katakan do'a, karena diantara do'a dan tholab terdapat perbedaan yang sangat besar.
Tholab adalah sifat dari suatu lafadz (kata-kata) yang di ucapkan oleh orang yang meminta. Sedangkan do'a adalah suatu ibarat tentang keadaan dan perasaan hati orang yang meminta.
Keadaan hati yang bisa menjadikan tholab disebut do'a hanya bisa terwujud dengan adanya dua persyaratan sebagai berikut :
- Sadarnya hati dan perasaan dengan penuh rasa rendah diri dan tawadlu' di hadapan Alloh SWT.
Apabila hati belum sadar dan belum ada perasaan rendah diri dan tawadlu' kepada Alloh SWT, tetapi mulut hanya mengucapkan do'a dengan kalimat-kalimat yang telah di hafalkan padahal hatinya lupa dan pikirannya melayang, maka permintaan ini belum bisa dikatakan do'a melainkan hanyalah sebuah tholab. Atau bisa disebut do'a secara lughowi yakni do'a yang dikehendaki oleh ahli lughot arab ketika berbicara tentang kalam khobar dan kalam insya'.
Jadi ketika seseorang dengan hati yang tertutup dan tidak ada rasa tawadlu' maka bagaimana mungkin permintaan itu dikabulkan?.
Demikian pula banyak sekali di jumpai orang yang sedang memiliki impian-impian dan harapan-harapan dunia dan dia yakin bahwa impian-impian tersebut akan terwujud ketika dia berdo'a dengan do'a-do'a khusus yang bila seseorang meminta kepada Alloh dengan do'a-do'a khusus tersebut, pasti akan dikabulkan. Maka diapun berusaha mencari do'a-do'a tersebut dari kitab-kitab para ulama, para santri dan sebagainya. Setelah dia menemukannya maka dia akan menghafalkannya. Do'a tersebut dia ucapkan berkali-kali, berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu padahal hatinya masih kosong dan dia berpaling dari perintah-perintah dan wasiat-wasiat Allah SWT. Akhirnya setelah menuggu sekian lama, ternyata permintaannya tidak ada satupun yang dikabulkan oleh Alloh SWT. Akibatnya, diapun mengklaim bahwa Allsh SWT tidak menepati janjinya. Ini adalah salah satu kebodohan, karena dia tidak mengetahui ma'na do'a yang sebenarnya.
- Orang yang berdo'a harus bertaubat dengan taubat nasuha dari semua yang pernah ia lakukan dan menjadikan taubat ini sebagai penolong do'anya.
Adapun orang yang meminta kepada Alloh SWT, padahal dia belum bertaubat dan masih melakukan maksiat, berarti dia adalah orang yang tidak bisa menggunakan akalnya dan pasti do'anya tidak akan dikabulkan.
Hal ini bisa kita analogikan dengan keadaan yang kita jumpai di masyarakat. Contoh kecilnya adalah sebagai berikut: Ada seseorang yang mengajukan proposal dan meminta bantuan kepada salah satu pejabat yang ada di kotanya, padahal orang tersebut masih memiliki permusuhan dengan sang pejabat. Bila dia langsung mengajukan proposal dan meminta bantuan tanpa meminta maaf terlebih dahulu, pastilah sang pejabat tidak akan menyetujui proposal dan permintaaanya.
Ini adalah contoh kecil hubungan yang terjadi di antara sesama manusia yang mana status mereka adalah makhluk Alloh SWT. Maka bagaimana bila hal ini terjadi antara hamba Alloh yang hina dengan Dzat yang menguasai dan mengaturnya ?
Alloh SWT telah memerintahkan kepada Hamba-Nya untuk tidak mendustakan-Nya tetapi dia tidak memenuhi perintah tersebut. Lalu Alloh SWT menyuruhnya untuk bertaubat, namun dia tidak mau bertaubat. Dan disaat kondisi seperti ini dia meminta kepada Alloh SWT sehingga Alloh SWT tidak mengabulkannya, ujung-ujungnya dia mengklaim bahwa Alloh SWT tidak memenuhi janji-Nya. Manusia seperti ini adalah manusia yang tidak berakal dan tidak memiliki adab terhadap sang kholiq, sebab permintaan yang dia ajukan hanyalah tholab dan tidak bisa dikatakan do'a yang disebut dalam firman Alloh SWT : (وقال ربكم ادعوني أستجب لكم)
Doa untuk sendiri dan orang lain
Seseorang
yang sudah melakukan 2 (dua) syarat taubat ini, maka ketika dia
berdo'a untuk dirinya sendiri pasti do'anya akan di kabulkan. Namun
ketika dia berdo'a untuk masyarakat banyak, maka seringkali do'anya
tidak dikabulkan. Hal ini dikarenakan ketika dia berdo'a untuk dirinya
sendiri maka sangat mudah bagi dirinya untuk bertaubat dan berhenti
melakukan ma'siat. Namun ketika dia berdo'a untuk masyarakat banyak maka
syarat ini sulit untuk diwujudkan, karena di dalam masyarakat masih
terdapat orang-orang yang berdo'a dan belum bertaubat. Sedangkan
terkabulnya do'a untuk masyarakat itu digantungkan pada taubatnya orang
yang berdo'a dan taubatnya masyarakat yang di do'akan.
Maka
dari itulah engkau berdo'a untuk masyarakat agar Alloh menghilangkan
kesusahan dan kemiskinan yang menimpa mereka hendaknya engkau
mengingatkan mereka untuk bertaubat dari dosa-dosanya, bila mereka bisa
bertaubat dengan taubat nasuha, maka do'amu pasti akan terkabulkan.
Dan sebaliknya bila mereka belum bisa bertaubat dengan nasuha, maka
janganlah engkau berharap do'amu akan dikabulkan.
Arti di istijabahi (dikabulkan )
Ketika
syarat-syarat do'a ini sudah di penuhi maka Alloh SWT pasti akan
mengabulkan do'a tersebut. Tetapi jangan engkau menyangka bahwa
terkabulnya do'a (istijabah) itu sama persis dengan apa yang kamu
harapkan. Karena istijabah yang dijanjikan oleh Alloh SWT kepada
hambanya itu memiliki ma'na yang lebih luas dari apa yang engkau
harapkan.
Istijabah
ma'nanya adalah Alloh SWT mewujudkan tujuan dari permintaanmu dan
bukan berarti tujuan tersebut bentuknya sama persis dengan apa yang
engkau harapkan. Contohnya ada seseorang yang meminta suatu pekerjaan
kepada Alloh SWT karena dia menyangka bahwa pekerjaan tersebut bisa
menyampaikan tujuannya dan merupakan hal yang terbaik baginya. Akan
tetapi Alloh SWT mengetahui bahwa pekerjaan yang dia inginkan itu tidak
akan mendatangkan kebaikan bahkan bisa menyebabkan kejelekan. Lalu
Alloh SWT mengganti pekerjaan tersebut dengan hal lain yang lebih baik
dan bisa menyampaikan pada tujuan yang dia harapkan.
Alloh SWT berfirman dalam Surat Al-Baqoroh ayat : 216
Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Alloh
mengganti sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqoroh ayat : 216)
Dan makna ini sudah di isyaratkan oleh Ibnu Atho'illah di dalam hikmahnya:
Karena Alloh pasti akan mengabulkan do'amu sesuai dengan kehendak-Nya, bukan sesuai dengan keinginanmu.
Bila kita amati,
hal-hal seperti ini banyak terjadi di kehidupan kita. Banyak orang yang
mengharapkan suatu pekerjaan dan menyangka bahwa pekerjaan tersebut
bisa mewujudkan impian-impian dan cita-citanya. Sehingga diapun berdo'a
kepada Alloh agar memberikan pekerjaan tersebut. Namun setelah meminta
dengan waktu yang lama ternyata yang dia harapkan tidak kunjung tiba,
sampai-sampai dia menyangka bahwa Alloh SWT tidak mengabulkan do'anya.
Tetapi pada akhirnya Alloh SWT menciptakan asbab-asbab lain yang bisa
menghantarkan dia kepada cita-citanya. Dan ketika dia berfikir dan
mengamati asbab-asbab tersebut maka dia tahu bahwa asbab-asbab itu
lebih baik dari pada pekerjaan yang dia inginkan sehingga akhirnya dia
memuji pada Alloh SWT atas nikmat tersebut,nikmat ini adalah anugerah
yang besar dari Alloh SWT dan sebuah keajaiban, karena sebelumnya
seseorang memandang bahwa perkara yang dia harapkan itu adalah yang
terbaik. Namun pada hakikatnya perkara tersebut berakibat buruk dan
akhirnya diganti oleh Alloh SWT dengan hal yang lebih baik dan berguna
baginya.
Sebuah
kesalahan lagi yang terjadi pada sebagian orang adalah putus asa di
saat berdo'a. ketika seseorang sudah dan memenuhi syarat-syaratnya,
namun setelah menunggu beberapa minggu yang menurut dia seharusnya
do'anya telah dikabulkan, maka hal ini menyebabkan diriya berputus asa
untuk berdo'a. sehingga hati kecilnya berkata : "Aku sudah berdo'a
dengan sungguh-sungguh namun belum juga dikabulkan".
Ini
adalah sebuah kebodohan yang menyelimuti kebanyakan orang-orang yang
ditimbulkan oleh rasa sangat menyukai impian-impian dan harapan-harapan
yang mereka cita-citakan.
Bentuk
kesalahan ini, karena mererka menyangka bahwa do'a yang telah di
perintahkan oleh Alloh SWT adalah sebagai wasilah (alat) untuk sampai
pada ghoyah (tujuan). Makanya do'a hanya dia gunakan ketika membutuhkan
sesuatu atau tertimpa musibah. Dan bila hajatnya telah di penuhi dan
musibahnya telah hilang, maka dia tidak butuh untuk berdo'a.
Persangkaan
yang keliru ini akan membawa seseorang dalam kesedihan yang mendalam
ketika dia telah berdo'a, namun dalam waktu yang dia harapkan ternyata
do'anya belum dikabulkan. Sehingga dia yakin bahwa do'a yang telah dia
ucapkan berkali-kali tidak ada faedahnya sama sekali. Dan hal ini bisa
menyebabkan dia putus asa dalam berdo'a. ini semua karena dia memandang
bahwa do'a hanyalah sebatas wasilah. Padahal sebenarnya dzatiyanya dari do'a adalah sebuah ghoyah tersendiri.
Manusia
adalah seorang hamba yang dimiliki oleh Allah SWT. Oleh karena itu di
dalam setiap detiknya pasti dia membutuhkan Tuhannya di dalam
menghadapi semua problem yang bermacam-macam. Diantara tugas hamba yang
terpenting adalah memperlihatkan ubudiyyahnya kepada Allah SWT. Hal
ini bias dilakukan dengan cara membuktikan bahwa dia sangat butuh
kepada-Nya, dan dengan memperlihatkan bahwa kehidupannya, kebahagiaannya
itu tergantung pada penjagaan Allah SWT. Perwujudan ubudiyyah ini bias
dilakukan dengan berdo’a baik dia menyangka bahwa do’anya ini akan
berpengaruh ataupun tidak.
Allah SWT berfirman :
Ayat tersebut mengandung perintah kepada manusia agar memiliki sifat ubudiyyah kepada Allah SWT, yaitu pada kalimat أدعوني . dan
perintah ini adalh perintah yang mutlak tanpa ada qoyyid tertentu dan
tidak di hubungkan dengan syarat. Selain itu ayat tadi juga mengandung
janji yang menunjukkan sifat rahmat Allah SWT kepada hambanya dengan
memberi anugerah yang tidak terhitung yaitu pada kalimat استجب لكم .
Antara
dua hal yang di kandung ayat tersebut tidak ada hubungan yang slaing
mengikat. Maknanya, janji tersebut timbulnya bukanlah dari doa tetapi
dari rahmat Allah SWT. Namun banyak orang yang mengira bahwa ketika dia
berdo’a, maka dia telah membeli istijabah.
Rosululloh SAW, bersabda :
Artinya :
Salah satu diantara
kalian pasti dikabulkan do’anya selama tidak tergesa-gesa. Dia berkata:
saya telah berdo’a tapi belum juga dikabulkan.
Maksudnya dari
hadist di atas adalah seseorang akan di kabulkan do’anya selama dia
tidak menyangka bahwa dia memiliki hak yang harus di penuhi oleh Allah
SWT yaitu sitijabah dan selama hatinya tidak berkata : “saya sudah
berdo’a, tetapi kenapa saya belum memperoleh hak saya yang berupa
istijabah”.
Jadi
ubudiyyah (do’a) dan istijabah adalah dua perkara yang berbeda dan
tidak ada keterkaitan. Do’a adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh
seorang hamba sebagai perwujudan ubudiyyah di hadapan Allah SWT, tanpa
memandang dari hasil yang di dapatkan dari do’a tersebut.
Rosululloh SAW, bersabda :
الدعاء هو العبادة
Do’a adalah ibadah”.
Sedangkan istijabah adalah anugerah dan karunia dari Allah SWT, bukan hasil dari do’a.
Kesimpulannya,
Jalan
yang wajib di tempuh oleh seorang muslim adalah menunjukkan bahwa dia
butuh kepada Allah SWT di dalam setiap keadaan. Dan memperlihatkan hal
itu dengan tawadlu’ dan rendah hati tanpa memandang hasil-hasil yang
akan di peroleh, tetapi dia harus yakin bhwa dengan sifat rahmat dan
ihsan-Nya akan mengabulkan do’a-do’anya.
Adapun hikmah diakhirkannya istijabah itu adalah melatih seseorang hamba untuk memahami makna yang terkandung di dalam ayat ادعوني استجب لكم , dan supaya mengerti bahwa isijabah
itu bukanlah hal yang wajib ada ketika seseorang berdo’a, melainkan
istijabah adalah murni anugerah Allah SWT. Sehingga do’a dan penantian
istijabah dengan kesabaran dan tenang menjadi bagian dari ibadah. Bahkan
bisa menjadi kunci dan ruh ibadah. Rasulullah SAW, bersabda :
Artinya :
Menanti kelapangan adalah ibadah.
Penjelasan di atas adalah makna dari juz akhir yang terdapat di dalam hikmah ini yaitu :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar