Belakangan ini sekte wahabi sering menyembunyikan jati diri mereka dengan berdalih mereka bermanhaj (mengikuti) Imam Hanbali dari tuduhan sesat menyesatkan. Dalam kitab “al-hanabilah wa ikhtilafihim ma’a al-salafiyah al-mu’ashirah” tertulis bantahan ulama hanbali terhadap pengakuan sekte wahabi yang mengaku mengikuti manhaj Imam Hanbali.
Di bawah ini kami kemukakan beberapa nama ulama-ulama hanbali yang membantah terhadap sekte salafi atau wahabi:
  1. Syekh Qadhi Sulaiman bin Abdu Al-Wahab. Beliau adalah saudara kandung Muhammad Abdul Wahab sendiri. Ia memiliki satu risalah yang bernama “ Faslun Al-Khitabu Fi Raddi ‘Ala Muhammad Bin ‘Abdu Al-Wahab” ( pembahasan tentang penolakkan terhadap pemahaman Muhammad Abdul Wahab).
  2. Syekh Muhammad bin Ahmad bin ‘Ali bin Sahim.
  3. Syekh Sulaiman Bin Muhammad Bin Sahim Bin Ahmad Bin Sahim Al-Hanbali Al-Najdy.
  4. Syekh Faqih Muhammad Bin ‘Abdurrahman Al-Hanbali. Di dalam karyanya yang berjudul “ Tahakkum Muqalladin Bi Man Idda’a Tajdida Al-Din” (kehancuran terhadap yang mengikuti orang yang mengaku pembaharuan agama), beliau membantah terhadap setiap pendapat yang di bid’ahkan oleh Ibnu Abdul Wahab.
  5. Al-Imam Abdullah Bin ‘Isa Al-Muwaisi Al-Hanbali. Beliau merupakan orang yang sangat menginkari dan membantah pemahaman muhammad abdul wahab.
  6. Syekh Abdullah Bin Ahmad Bin Sahim Al-Hanbali (1175 h).
  7. Syekh Faqih Nashir Bin Sulaiman Bin Muhammad Bin Sahim Al-Tamimy Al-Hanbali (1177-1226 h).
  8. Qadhi Syekh Marabbin Bin Ahmad Bin ‘Umar Al-Tamimy Al-Hanbali (1171 h). Beliau belajar dari ulama najd dan syam. Ibnu bisam menceritakan tentangnya,” dia ( murabbin) merupakan qadhi di Huraimilak, namun sangat bermusahan dengan Muhammad Abdul Wahab.
  9. Dll
Inilah sedikit di antara nama-nama ulama yang bermazhab hanbali yang sangat membantah pemahaman Muhammad abdul wahab. Dan masih banyak ulama-ulama dari mazhab hanbali yang membantah Muhammad Abdul Wahab.
Referensi : Kitab Al-hanabilah Wa Ikhtilafihim Ma’a Al-salafiyah Al-mu’ashirah Karangan Mustafa Hamdu ‘Aliyyan al-Hanbaly. Cetakan Dar al-Nur al-Mubin. Hal. 125.