AJARAN DASAR TARIKAT NAQSYABANDIYAH
Amin Al Kurdi menjelaskan ada 11 (sebelas) dasar ajaran Tarikat Naqsyabandiyah, yaitu :
1).
“Huwasy Dardam” , yaitu pemeliharaan keluar masuknya nafas, supaya
hati tidak lupa kepada Allah SWT atau tetap hadirnya Allah SWT pada
waktu masuk dan keluarnya nafas. Setiap murid atau salik menarikkan dan
menghembuskan nafasnya, hendaklah selalu ingat atau hadir bersama
Allah di dalam hati sanubarinya. Ingat kepada Allah setiap keluar
masuknya nafas, berarti memudahkan jalan untuk dekat kepada Allah SWT,
dan sebaliknya lalai atau lupa mengingat Allah, berarti menghambat
jalan menuju kepada- Nya.
2).
“Nazhar Barqadlam” yaitu setiap murid atau salik dalam iktikaf/suluk
bila berjalan harus menundukkan kepala, melihat ke arah kaki dan
apabila dia duduk dia melihat pada kedua tangannya. Dia tidak boleh
memperluas pandangannya ke kiri atau ke kanan, karena dikhawatirkan
dapat membuat hatinya bimbang atau terhambat untuk berzikir atau
mengingat Allah SWT. Nazhar Barqadlam ini lebih ditekankan lagi bagi
pengamal tarikat yang baru suluk, karena yang bersangkutan belum mampu
memelihara hatinya.
3).
“Safar Darwathan” yaitu perpindahan dari sifat kemanusiaan yang kotor
dan rendah, kepada sifat-sifat kemalaikatan yang bersih dan suci lagi
utama. Karena itu wajiblah bagi si murid atau salik mengontrol hatinya,
agar dalam hatinya tidak ada rasa cinta kepada makhluk.
4).
“Khalwat Daranjaman” yaitu setiap murid atau salik harus selalu
menghadirkan hati kepada Allah SWT dalam segala keadaan, baik waktu
sunyi maupun di tempat orang banyak. Dalam Tarikat Naqsyabandiyah ada
dua bentuk khalwat :
a. Berkhalwat lahir, yaitu orang yang melaksanakan suluk dengan mengasingkan diri di tempat yang sunyi dari masyarakat ramai.
b. Khalwat batin,
yaitu hati sanubari si murid atau salik senantiasa musyahadah,
menyaksikan rahasia- rahasia kebesaran Allah walaupun berada di tengah-
tengah orang ramai.
5).
“Ya Dakrad” yaitu selalu berkekalan zikir kepada Allah SWT, baik zikir
ismus zat (menyebut Allah, Allah,.), zikir nafi isbat (menyebut la
ilaha ilallah), sampai yang disebut dalam zikir itu hadir.
6).
“Bar Kasyat” yaitu orang yang berzikir nafi isbat setelah melepaskan
nafasnya, kembali munajat kepada Allah dengan mengucapkan kalimat yang
mullia
“Wahai Tuhan Allah, Engkaulah yang aku maksud (dalam perjalanan rohaniku ini) dan keridlaan-Mulah yang aku tuntut”. Sehingga terasa dalam kalbunya rahasia tauhid yang hakiki, dan semua makhluk ini lenyap dari pemandangannya.
7).“Nakah
Dasyat” yaitu setiap murid atau salik harus memelihara hatinya dari
kemasukan sesuatu yang dapat menggoda dan mengganggunya, walaupun hanya
sebentar. Karena godaan yang mengganggu itu adalah masalah yang besar,
yang tidak boleh terjadi dalam ajaran dasar tarikat ini.
Syekh Abu Bakar Al Kattani
berkata, “Saya menjaga pintu hatiku selama 40 (empat puluh) tahun,
aku tiada membukakannya selain kepada Allah SWT, sehingga menjadilah
hatiku itu tidak mengenal seseorang pun selain daripada Allah SWT.”
Sebagian ulama tasawuf berkata “Aku menjaga hatiku 10 (sepuluh) malam, maka dengan itu hatiku menjaga aku selama 20 (duapuluh) tahun.”
8).“Bad
Dasyat” yaitu tawajuh atau pemusatan perhatian sepenuhnya pada
musyahadah, menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah SWT
terhadap Nur Zat Ahadiyah (Cahaya Yang Maha Esa) tanpa disertai dengan
kata- kata. Keadaan “Bad Dasyat” ini baru dapat dicapai oleh seorang
murid atau salik, setelah dia mengalami fana dan baka yang sempurna.
Adapun tiga ajaran dasar yang berasal dari Bahauddin Naqsyabandi adalah,
9).“Wuquf
Zamani” yaitu kontrol yang dilakukan oleh seorang murid atau salik
tentang ingat atau tidaknya ia kepada Allah SWT setiap dua atau tiga
jam. Jika ternyata dia berada dalam keadaan ingat kepada Allah SWT pada
waktu tersebut, ia harus bersyukur dan jika ternyata tidak, ia harus
meminta ampun kepada Allah SWT dan kembali mengingat- Nya.
10).“Wuquf
‘Adadi” yaitu memelihara bilangan ganjil dalam menyelesaikan zikir
nafi isbat, sehingga setiap zikir nafi isbat tidak diakhiri dengan
bilangan genap. Bilangan ganjil itu, dapat saja 3 (tiga) atau 5 (lima)
sampai dengan 21 (duapuluh satu), dan seterusnya.
11).“Wuquf
Qalbi” yaitu sebagaimana yang dikatakan oleh Syekh Ubaidullah Al-
Ahrar, “Keadaan hati seorang murid atau salik yang selalu hadir bersama
Allah SWT”. Pikiran yang ada terlebih dahulu dihilangkan dari segala
perasaan, kemudian dikumpulkan segenap tenaga dan panca indera untuk
melakukan tawajuh dengan mata hati yang hakiki, untuk menyelami
makrifat Tuhannya, sehingga tidak ada peluang sedikitpun dalam hati
yang ditujukan kepada selain Allah SWT, dan terlepas dari pengertian
zikir.
Prof.
Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya mengajarkan ajaran dasar tarikatnya,
sama dengan ajaran dasar Tarikat Naqsyabandiyah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar