Tulisan DR. Ahmad Karimah, Guru Besar Syariah Islam Universitas Al-Azhar Kairo.
Dgn adanya Bughot di Libya dan Suriah, membuat saya semakin yakin bahwa ada kalangan Khawarij / Takfiri yang meski ucapannya tentang Al Qur’an dan Hadits amat bagus, namun mudah mengkafirkan/menganggap sesat sesama Muslim yg bersyahadah, Ahli Kiblat, dan Sholat untuk kemudian membunuhnya.
Bedanya adalah ada yang caranya kasar dan jelas terlihat. Ada pula yang begitu halus sehingga banyak orang tak menyadarinya.
Dari tahun 1980 sudah 2,6 juta Muslim yg terbunuh akibat ulah adu-domba Khawarij ini di Iraq, Iran, Afghanistan, Pakistan, Libya, Suriah, dsb. Sementara AS dan Israel relatif aman dari tangan mereka.
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام
“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
يخرج قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم
“Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)
يحسنون القيل ويسيئون الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء
“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/
DR. Ahmad Karimah: Ikhwan dan Salafi Berusaha Tutup Al-Azhar (Wawancara Eksklusif)
Kemenangan ‘Islamiyyin’ dalam panggung politik Mesir tidak serta merta menggoreskan cerita indah yang enak dilihat. Banyak kalangan Islam sendiri yang gusar dengan ‘politik Islam’ yang coba ditampilkan oleh sebagian politisi yang mengusung jargon ‘Syariat Islam’. Al-Azhar sebagai institusi Islam terbesar di Mesir dan simbol Islam moderat, sering merasa terganggu dengan tindak-tanduk dan pemahaman dangkal kalangan ‘Islamiyyin’ yang terjun ke panggung politik, terhadap Islam itu sendiri.
DR. Ahmad Karimah, Guru Besar Syariah Islam Universitas
Al-Azhar Kairo, adalah salah satu pioner kontemporer dalam menangkis
gerakan Islam radikal di Mesir. Harian al-Wafd berhasil mewancarai
beliau secara eksklusif.
A: Bagaimana Anda membaca panggung politik saat ini?
B: Politik Mesir saat ini serba tidak pasti dan tidak jelas
visinya karena kurangnya kejujuran dan transparansi serta tidak ada
program dan rencana riil yang dapat memberi nilai plus untuk agama dan
tanah air.
A: Apa penilaian Anda terhadap kinerja Presiden Morsi?
B: Saya bukan politisi dan saya tidak dekat dengan para
pengambil kebijakan. Penilaian kinerja ini seharusnya ditanyakan kepada
lembaga-lembaga negara yang memiliki landasan dan laporan sehingga dapat
digunakan untuk menilai secara faktual, bukan hanya sekedar formalitas.
Terkait masalah ini, penilaian seseorang secara personal merupakan
sebuah kesalahan. Dia bisa berbuat zalim terhadap obyek penilaiannya,
atau malah bersikap basa-basi dengan melontarkan pujian kosong. Sebuah
bangsa dan negara yang kuat tidak mungkin dibangun dengan kedua sikap
salah seperti ini.
A: Bagaimana kinerja pemerintah pimpinan DR. Hisham Qandil?
B: Tidak begitu baik. Mereka dituduh tunduk pada kelompok
tertentu yang tidak memiliki keahlian yang cukup untuk kemajuan negeri
ini. Ini bukan hanya sekedar omong kosong, namun realitasnya memang
demikian. Krisis merajalela, bencana terjadi silih berganti, dan sikap
utamanya adalah keras kepala.
A: Apa maksud Anda dengan keras kepala?
B: Sikap politiknya sama persis dengan sikap rezim
sebelumnya (era Hosni Mubarak, red) tidak berubah sama sekali. Tidak ada
seorang pun dari mereka yang ingin mendengarkan pendapat orang lain.
Dia hanya mendengarkan pendapat dirinya sendiri. Sikap inilah yang
dipegang oleh Partai yang berkuasa saat ini. Tidak ada perbedaan antara
partai penguasa tersebut dengan Partai Nasional pimpinan Hosni Mubarak
dalam sikap politiknya. Ada orang-orang di pemerintahan yang tidak cocok
untuk mengemban amanah di masa transisi yang memerlukan sosok-sosok
berkualitas dan berpengalaman, bukan orang-orang yang hanya sekedar
jujur dan mampu membagi-bagikan harta rampasan perang. Beberapa tragedi
yang terjadi sudah sangat jelas menegaskan bahwa saat ini Mesir telah
menjadi ‘harta rampasan perang’ yang dapat dibagi-bagikan sebagai
hadiah.
A: Bagaimana Anda melihat kinerja Jamaah Ikhwanul Muslimin dan Mursyidnya?
B: Saya tidak tahu, apakah yang Anda maksud kinerja dakwah
atau kepentingan publik. Terkait urusan Islam, ada sikap yang
kontradiktif dan inkonsisten, dengan bukti adanya pinjaman ribawi, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri, serta kurangnya penghormatan
kepada Al-Azhar. Adapun terkait kepentingan publik, tidak ada dampak
positif yang dirasakan oleh rakyat jelata. Di era rezim Ikhwanul
Muslimin, Mesir berada di bawah dua kekuatan, pedagang agama dan
pedagang negara. Keduanya saling berlomba-lomba.
A: Bagaimana Anda melihat kejadian yang menimpa Al-Azhar saat ini?
B: Al-Azhar mengalami hinaan yang belum pernah terjadi
dalam sejarahnya, kecuali pada masa Napoleon Bonaparte ketika dia
menyerbu Al-Azhar dengan pasukannya. Dan di masa rezim Ikhwanul Muslimin
saat ini, para kader mereka menyerbu kantor Grand Shaikh Al-Azhar
dengan membawa spanduk penghinaan terhadap Grand Shaikh Al-Azhar DR.
Ahmad Tayeb, dan mengepung kantor DR. Osama al-Abd Rektor Universitas
Al-Azhar. Ditambah lagi fakta yang terjadi beberapa waktu lalu saat ada
acara kenegaraan di Universitas Kairo, salah satu pemimpin Ikhwanul
Muslimin tidak meletakkan kursi khusus yang biasa digunakan pemerintah
untuk menyambut Grand Shaikh Al-Azhar. Itu belum lagi, berbagai
pernyataan pedas DR. Oryan (anggota dewan dari partai bentukan IM, red)
di MPR yang terus mendiskreditkan Al-Azhar.
A: Apa tujuan Ikhwan terus menerus menyerang Al-Azhar?
B: Tujuannya untuk memperkuat basis politiknya. Sekarang
ini, Al-Azhar sudah menjadi target untuk dikuasai agar tunduk kepada
Ikhwanul Muslimin, dan menduduki pos-pos tertinggi di instansi Al-Azhar.
A: Bagaimana menurut Anda terkait kejadian keracunan mahasiswa di asrama Al-Azhar?
B: Insiden keracunan tersebut telah dimanfaatkan untuk
kepentingan politik, demi mengkriminalisasi Grand Shaikh Al-Azhar,
Rektor Universitas Al-Azhar, dan para petinggi Al-Azhar lainnya.
A: Apa bukti semua itu?
B: Buktinya adalah adanya upaya melibatkan langsung Grand
Shaikh Al-Azhar dan Rektor Universitas dalam insiden keracunan tersebut.
Padahal seharusnya yang dilibatkan adalah DR. Hosam Qandil (Perdana
Menteri). Dimana pemerintah saat terjadi insiden keracunan mahasiswa
Universitas Alexandria? Dimana mereka ketika terjadi masalah di Misr
International University (MIU)? Mengapa yang terdengar santer hanya
insiden keracunan mahasiswa Al-Azhar saja?!!
A: Anda pernah mengatakan bahwa ada kesepakatan rahasia antara Salafi dan Ikhwan untuk melengserkan Grand Shaikh Al-Azhar?
B: Sekarang justru hal itu bukan rahasia lagi. Dulu
kesepakatan tersebut memang rahasia pada pertemuan Jamaah Salafi yang
dipimpin oleh Yasir Burhami. Akan tetapi karena rekamannya bocor ke
publik, maka hal itu sudah menjadi konsumsi publik. Namun sayang sekali,
belum ada tindakan hukum untuk mengadili orang-orang yang merendahkan
institusi Al-Azhar dan Grand Shaikh Al-Azhar.
A: Bagaimana Anda melihat perbedaan antara Ikhwanul Muslimin dan Salafi akhir-akhir ini?
B: Tidak ada perbedaan antara mereka, karena asas dasar
mereka sama. Keduanya telah merampas revolusi Januari. Demikian juga
keduanya telah bersikap ekstrim melebihi ajaran Islam. Lebih dari itu,
Ikhwan Quthbiyyin (pengagum Sayyid Qutub, red) dan Salafi Wahabi kerap
mengafirkan orang-orang yang menentang pendapat mereka.
A: Anda mengatakan bahwa Salafi adalah Khawarij zaman ini, kenapa?
B: Menurut sebuah hadis dari Nabi SAW.: “Akan datang pada
akhir zaman suatu kaum yang berumur masih muda dan berpikiran sempit.
Mereka senantiasa berkata baik. Mereka keluar dari agama Islam,
sebagaimana anak panah lepas dari busurnya. Mereka mengajak manusia
untuk kembali kepada Al-Quran, padahal mereka sama sekali tidak
mengamalkannya. Mereka membaca Al-Quran, namun tidak melebihi
kerongkongan mereka. Mereka berasal dari bangsa kita (Arab). Mereka
berbicara dengan bahasa kita (bahasa Arab). Kalian akan merasa shalat
kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan shalat mereka, dan puasa kalian
tidak ada apa-apanya dibandingkan puasa mereka.”
A: Menurut Anda, yang membahayakan Al-Azhar itu Ikhwanul Muslimin atau Salafi?
B: Kedua-duanya..karena Ikhwanul Muslimin Quthbiyyin dan
Salafi Wahabi adalah Khawarij (keluar) dari barisan golongan mayoritas
(sawazul a’zam) umat Islam.
A: Apa yang menyebabkan Anda menangis di salah satu acara televisi?
B: Saya memang hanya bisa menangis..saya menangis demi
pemahaman Islam yang benar, serta kondisi Mesir saat ini dan masa
depannya. Ikhwanul Muslimin dan Salafi telah berhasil membawa kita semua
menjadi bagaikan ‘ghutsa’ sail’, dan sebentar lagi Islam ini akan
dianggap asing.
A: Apa yang Anda maksud dengan ghutsa’ sail?
B: Maksudnya adalah buih lautan yang tidak berharga dan
diperhitungkan sama sekali oleh musuh, apalagi oleh teman sendiri. Para
pemuda yang mengikuti Ikhwan dan Salafi mengetahui Islam hanya jenggot
lebat tidak perlu dirapikan, celana cingkrang, dan terompah. Mereka
mengetahui pemikiran Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab, sebagai
ganti dari belajar ajaran Rasulullah, para sahabat, dan ahli bait.
Demikian juga mereka mempelajari ‘Ushul Isyriin’ (20 Asas Dasar) Hasan
al-Banna sebagai ganti dari prinsip-prinsip dasar Islam itu sendiri.
Sedangkan maksud dari keterasingan Islam adalah semakin redupnya ajaran
Islam yang benar. Kesalahan terbesar Ikhwanul Muslimin dan Salafi adalah
mengubah ajaran Islam yang benar.
A: Apakah Anda mengkhawatirkan institusi Al-Azhar?
B: Percayalah kepada saya….saya tidak tidur…. saya tahu
bahwa Al-Azhar berada di antara dua konspirasi Ikhwanul Muslimin dan
keinginan Salafi untuk menutup Al-Azhar. Institusi Al-Azhar ini sudah
berumur seribu tahun. Di tangan mereka, Al-Azhar akan dijadikan museum
wisata seperti Piramida dan Sphinx, tanpa ada kegiatan ilmiah dan kosong
dari ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Islam.
A: Sejak kapan Al-Azhar menjadi sasaran?
B: Al-Azhar menjadi sasaran sudah sejak 40 tahun yang lalu,
yaitu sejak akhir masa rezim Anwar Sadat. Upaya ini mulai tampak di
akhir masa rezim Hosni Mubarak. Tidak perlu diragukan lagi bahwa mereka
akan terus menyempurnakan rencana tersebut dengan cara melemahkan peran
Al-Azhar. Dan kami tidak akan pernah lupa bahwa para kader Ikhwanul
Muslimin mencemarkan nama baik kampus dengan menyimpan milisi-milisi
Khairat Syathir pada tahun 2006 untuk kepentingan militer Ikhwanul
Muslimin demi meneror semua kalangan dan menunjukkan akan eksistensi
militer mereka. Pada saat itu, DR. Ahmad Thayeb menjabat sebagai Rektor
Universitas Al-Azhar menegakkan hukum yang berlaku terhadap
milisi-milisi Ikhwanul Muslimin tersebut. Mereka tidak akan pernah lupa
kejadian tersebut. Sekarang ini, mereka berusaha untuk membuat
perhitungan dan membalas dendam terhadap Grand Shaikh Al-Azhar.
A: Apa sebenarnya tujuan di balik pencemaran nama baik kampus pada waktu itu?
B: Itu hanya salah satu rangkaian untuk meruntuhkan
Al-Azhar dan menghilangkan kepercayaan terhadap Al-Azhar baik di dalam
negeri maupun luar negeri. Juga untuk menghancurkan nama Al-Azhar dan
membentuk opini bahwa Al-Azhar asy-Syarif adalah markas pelatihan
militer Ikhwanul Muslimin.
A: Apa pendapat Anda mengenai undang-undang obligasi?
B: Undang-undang obligasi hanyalah analgesik (obat
penenang) seperti aspirin yang tidak akan memecahkan persoalan ekonomi
negara, terlebih transaksi tersebut terlarang. Karena obligasi tersebut
akan membahayakan kedaulatan Mesir. Obligasi tersebut juga akan
mengancam penjualan dan penggadaian fasilitas-fasilitas umum milik
negara, sehingga generasi yang akan datang tidak akan dapat menikmatinya
lagi. Hal itu ditambah lagi pasal-pasal terkait undang-undang obligasi
ini tidak begitu jelas.
A: Menurut Anda, apakah undang-undang obligasi tersebut tetap akan dijalankan meski ditentang oleh Dewan Ulama Senior?
B: Undang-undang tersebut akan tetap mereka jalankan, baik Dewan Ulama Senior menyetujui maupuan menolaknya.
A: Apa yang melandasi pernyataan Anda bahwa undang-undang tersebut pasti akan dijalankan?
B: Karena Ikhwanul Muslimin hanya mendengarkan dirinya
sendiri. Dan hendaknya orang yang merasa menjadi korban sikap mereka
ini, menyesali akan hal itu. Mereka sendiriah yang pertama melanggar
konstitusi yang mereka buat.
A: Bagaimana maksudnya?
B: MPR tidak mengalihkan pembuatan rancangan undang-undang
obligasi ke Dewan Ulama Senior setelah hal itu dibahas oleh Dewan Ulama
Senior. Hal ini merupakan pelanggaran Pasal IV UUD, yang menyatakan
kewajiban menyampaikan pasal-pasal terkait syariah kepada Dewan Ulama
Senior untuk meminta pertimbangannya. Pelanggaran ini merupakan
kesempatan emas bagi Partai an-Nuur (partai salafi, red) untuk
menegaskan perlawanannya terhadap Partai Kebebasan dan Keadilan (partai
ikhwan, red). Oleh karenanya, Presiden akhirnya menerima usulan Dewan
Ulama Senior. Ikhwan dan Salafi telah gagal dalam tes pertama mereka.
Permasalahan mereka sebenarnya adalah sikap ekstrim (menambah) dari
ajaran Islam, serta tidak menghormati syariah Islam dan Al-Azhar.
dari
wawancara eksklusif DR. Ahmad Karimah dengan harian al-Wafd. Bagi
pembaca yang belum membaca bagian pertama, silakan membacanya di sini.
A: Mengapa mereka tidak mendengarkan pendapat oposisi?
B: Ikhwanul Muslimin selama 80 tahun melakukan gerakan
bawah tanah. Mereka tidak dapat bekerja secara terang-terangan. Tatkala
gerakan ini keluar dari tempatnya yang gelap gulita ke realitas yang
terang-benderang, mereka kehilangan fokus dan menjadi buta.
A: Bagaimana Anda melihat cara rezim Ikhwan dalam membungkam insan media, kalangan liberal, dan para ulama moderat?
B: Kekuasaan yang dibungkus dengan jargon-jargon agama,
baik di kalangan Yahudi, Nasrani, maupun Islam, merupakan kekuasaan yang
fasisme dan diktator. Kita belum pernah mendengar dalam sejarah bahwa
ada otoritas keagamaan menerima prinsip musyawarah dan keadilan kecuali
di era Nabi SAW. dan Khulafaur Rasyidin.
A: Kami tahu bahwa Anda marah dengan konstitusi (UUD)
yang ada, karena menurut Anda konstitusi tersebut tidak dirancang oleh
seorang lulusan fakultas hukum, mengapa?
B: Konstitusi harus dirancang oleh para pakar hukum, bukan
orang-orang jebolan akademi persiapan dai berijazah diploma. Ditambah
lagi ada campur-aduk antara pasal-pasal konstitusi dan aturan
pelaksanaan. Pasal-pasal terkait syariat Islam semuanya bertentangan
dengan syariat Islam itu sendiri. Saya telah mengirimkan catatan terkait
hal itu kepada Presiden dan anggota Majelis Konstituante dari Al-Azhar,
namun belum mendapat jawaban.
A: Pasal-pasal apa saja yang membuat Anda marah?
B: Banyak sekali, contohnya pasal 219 yang merupakan pasal
penafsir dari pasal 2 UUD yang berbunyi: “Prinsip-prinsip syariat Islam
yang mencakup dalil-dalil komplit, kaidah-kaidah ushul fikih dan fikih,
serta sumber-sumber rujukan terpercaya di dalam mazhab-mazhab
Ahlussunnah wal Jama’ah”. Ini merupakan pasal Wahabi Salafi yang akan
mereka gunakan untuk menipu dan membuat konspirasi. Dalil dalam syariat
Islam adakalanya bersifat qath’i (pasti) atau zanni (dugaan), dan
adakalanya bersifat ijmali (global) atau tafshili (rinci). Menyifati
dalil-dalil dalam syariat Islam dengan sifat ‘komplit’ merupakan
kesalahan fatal secara ilmiah. Sedangkan kalimat ” kaidah-kaidah ushul
fikih dan fikih, serta sumber-sumber rujukan terpercaya” tidak perlu
dicantumkan dalam UUD sebuah bangsa yang berakal. Demikian juga, di
dalam mazhab Ahlussunnah wal Jamaah ada beberapa ‘ranjau’ yang berhasil
diletakkan oleh kalangan Salafi Wahabi di dalam UUD. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya konflik agama dan sektarian. UUD kita saat ini
menyerupai UUD Iran. Meski kita saat ini berada di Mesir yang merupakan
jantung dunia Islam dan pusat Al-Azhar, namun kita kerap mengulangi
kebodohan yang pernah ada. Kita hanya membatasi penafsiran syariat
Islam, atau masalah-masalah fikih, atau konstitusi dengan penafsiran
mazhab Ahlussunnah wal Jamaah. Fikih Islam memiliki lima cabang, yaitu
mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, dan Zahiri. Salafi Wahabi sangat
bertentangan dengan prinsip tersebut. Menurut mereka, Ahlussunnah wal
Jamaah itu adalah Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab. Demikian
juga terkait pasal 4 yang mendepak Al-Azhar untuk menjadi rujukan
satu-satunya terkait masalah-masalah fikih dan fatwa. Pasal ini akan
membuka peluang munculnya rujukan-rujukan alternatif. Oleh karena itu,
Salafi Wahabi sekarang ini mendirikan instansi-instansi lain agar dapat
menjadi alternatif lain, atau menandingi Al-Azhar itu sendiri.
A: Menurut Anda, mengapa dalam konstitusi baru perempuan terpinggirkan?
B: Perempuan dalam pola pikir Ikhwan dan Salafi Wahabi
merupakan warga negara kelas dua, hanya seorang pembantu yang diperistri
dan alat pemuas syahwat. Pola pikir tersebut adalah pola pikir dunia
ketiga yang cocok untuk kalangan badui.
A: Akankah perempuan memiliki perwakilan di DPR dalam pemilu yang akan datang?
B: Perempuan akan memasuki DPR sebagai hiasan semata, untuk memuaskan Amerika dan Uni Eropa.
A: Bagaimana sebenarnya posisi perempuan dalam Islam?
B: Posisi perempuan dalam Islam, tidak seperti posisinya di
kalangan umat Islam saat ini. Islam memuliakan dan mengangkat derajat
perempuan. Sepanjang sejarah manusia, tidak pernah ada pernyataan bahwa
surga ada di bawah telapak kaki seorang perempuan, kecuali di dalam
Islam. Perempuan adalah partner laki-laki. Islam tidak melarang
perempuan untuk menduduki jabatan tertinggi di negara. Al-Qur’an sendiri
menceritakan tentang Ratu Balqis penguasa Yaman, ibu Nabi Musa ‘Alaihis
Salam, Siti Maryam ibu Nabi Isa ‘Alaihis Salam, juga istri-istri Nabi
SAW. Ummul Mukminin yang mengajarkan kepada umat tentang dasar-dasar
agama Islam.
A: Apa pendapat Anda tentang Menteri Agama?
B: Semoga Allah mengampuninya. Di masa kepemimpinannya,
banyak ulama senior Al-Azhar yang disingkirkan dari keanggotaan Majelis
Tinggi Urusan Agama, seperti DR. Ahmad Umar Hasyim (Guru Besar Ilmu
Hadits Universitas Al-Azhar, red). Para ulama senior Al-Azhar itu
disingkirkan dan diganti dengan orang-orang yang tidak berkompeten.
Tujuan semua itu adalah untuk menggerus wibawa para ulama, dan
menjalankan politik “Orang yang bukan dari golongan kami, maka tidak ada
jalan baginya untuk bersama kami”. Ditambah lagi adanya usaha untuk
menyingkirkan para ulama Al-Azhar dari masjid-masjid besar dan menggeser
mereka ke masjid-masjid kecil pinggiran kota.
A: Bagaimana Anda melihat terkait penggunaan agama dalam politik?
B: Menggunakan agama dalam politik membawa kita kembali ke
abad pertengahan. Hal ini akan menyebabkan munculkan pemikiran-pemikiran
ekstrem dan peperangan. Inilah yang dilakukan oleh Paus Gereja pada
abad pertengahan. Ini sudah diberhangus selama berabad-abad. Karena
berpolitik dengan agama dapat menyeret umat Islam ke dalam peperangan
sengit. Para politisi islamiyyin saat ini menyalahgunakan agama, sesuai
dengan keinginan mereka. Dalam sejarah Islam, slogan-slogan agamis
digunakan oleh kaum Khawarij untuk tujuan-tujuan politik melawan
Sayyidina Ali r.a. saat mereka menyatakan: “Wahai Ali, hukum hanya milik
Allah, bukan milikmu.”
A: Bagaimana menurut Anda mengenai orang-orang yang mencela dan menfitnah di layar televisi atas nama Islam?
B: Mereka telah membahayakan Islam melebihi musuh-musuh
Islam sendiri. Tidak ada seorang pun dari mereka yang memiliki
kapabilitas keilmuan agama yang mumpuni. Oleh karenanya, amunisi mereka
habis untuk berbicara mengenai tema-tema agama. Mereka hanya bisa
berbicara mengenai obrolan ringan, peristiwa-peristiwa yang sedang
terjadi, tafsir mimpi, dan materi-materi tarbiyah ringan yang merupakan
pondasi pembangun karakter mereka, yang ini semua menyebabkan syariat
Islam terasa kering dan merendahkan akhlak.
A: Apakah tindakan para syekh Salafi sesuai dengan pemahaman Islam yang benar?
B: Sangat disayangkan, mereka melaksanakan agenda Wahabi
yang berasal dari negara Teluk. Tujuan utamanya adalah untuk menggeser
Mesir dari peran kepemimpinannya dalam menyebarkan Islam yang diwakili
oleh Al-Azhar. Ada negara Teluk yang bermimpi ingin mengambil peran
sentral Mesir, namun terhalang oleh keberadaan Al-Azhar. Oleh karena
itu, mereka berpikir pentingnya mendirikan rujukan alternatif atau
setidaknya instansi tandingan Al-Azhar. Bertolak dari hal ini, mulai ada
upaya untuk menebarkan keraguan ke masyarakat akan keilmuan dan sikap
moderat Al-Azhar.
A: Apa pendapat Anda tentang fatwa takfir terhadap siapa pun yang menentang Ikhwanul Muslimin dan Salafi?
B: Fatwa takfir tersebut akan terus muncul selama Ikhwan
dan Salafi memimpin Mesir. Mereka melanjutkan kebijakan keamanan yang
salah dari rezim sebelumnya.
A: Bagaimana cara menghadapi fatwa tersebut?
B: Caranya dengan memperkuat instansi Al-Azhar, tidak
mengucilkan para ulama yang berkompeten, dan melarang berfatwa tanpa
ilmu yang mumpuni.
A: Anda adalah orang pertama yang menyerukan perlunya stasiun televisi yang berbicara atas nama Al-Azhar, mengapa?
B: Saya menyerukan hal itu untuk melawan tersebarnya
pemahaman-pemahaman dan pemikiran-pemikiran yang salah dari para syekh
Salafi dan Ikhwan. Sayangnya, saluran televisi milik mereka telah
memasuki rumah orang-orang awam. Dakwah Al-Azhar tidak cukup hanya
dilakukan di masjid-masjid. Al-Azhar harus menggunakan sarana dan
senjata yang sama dengan mendirikan stasiun televisi yang menyiarkan
pemahaman Islam yang benar, yang jauh dari persoalan mazhab-mazhab
akidah dan fikih, serta urusan politik. Stasiun ini berdiri secara
independen yang diisi oleh para ulama yang ikhlas, tidak mengharapkan
ketenaran dan kekayaan, serta mereka harus menjadi panutan umat bukan
justru menjadi pengikut kelompok tertentu.
A: Apa hambatan untuk mewujudkan lahirnya stasiun televisi ini?
B: Saya tidak tahu.
A: Apakah Anda pernah menggalang dana untuk mendirikan stasiun televisi Al-Azhar?
B: Saya tidak pernah melakukan hal itu. Saya seorang ulama dan dai. Tugas dan misi saya adalah berdakwah, bukan urusan uang.
A: Mengapa Anda dituduh demikian?
B: Tuduhan ini merupakan rangkaian tuduhan yang dilakukan
oleh Ikhwanul Muslimin dan Salafi yang menuduh saya sebagai orang Syiah
dan Sufi, serta saya membela para artis. Entah tuduhan apa lagi
selanjutnya.
A: Apakah benar Anda membela artis Ilham Shaheen?
B: Merupakan sebuah kehormatan jika saya membela seorang
warga negara Mesir yang dituduh telah berbuat zina. Saya melakukan itu
untuk membela reputasi dakwah Islam. Pijakan saya dalam melakukan
pembelaan tersebut adalah prinsip dasar Islam, dan saya tidak tahu
detail prilaku artis tersebut. Saya senantiasa berbaik sangka kepada
seluruh warga Mesir. Itu saya lakukan bukan untuk membela seseorang
(artis tersebut, red), namun saya membela dakwah Islam yang terlepas
dari tuduhan zina kepada orang lain dengan cara seperti itu.
A: Apa alasan Salafi menyerang Anda?
B: Salafi telah meletakkan saya di kepala mereka. Mereka
akan terus menyerang saya sampai saat ini. Itu karena saya terus
menjalankan misi untuk mengoreksi pemahaman-pemahaman yang salah tentang
ajaran Islam. Hal inilah yang membuat kalangan ekstrimis tidak nyaman.
Saya menjalankan misi ini sejak 50 tahun lalu, saat gerakan terorisme
mulai merebak yang sekarang ini menjadi satu bagian aneh di
tengah-tengah kehidupan kita. Saya mengritik mereka dalam buku-buku yang
saya tulis. Saya telah membongkar kedok mereka saat saya menulis buku
berjudul “Ahdaaf al-Fikr al-Wahabi wa as-Salafiyah bainan al-Ashil wa
ad-Dafiin” (Tujuan Sekte Wahabi Salafi Antara Prinsip Murni dan Agenda
Tersembunyi). Saya juga telah menulis buku tentang pemahaman Islam yang
benar untuk dikonsumsi kalangan muslim luar negeri, melalui perantara
Kementerian Luar Negeri. Semua itu saya perjuangkan sendiri.
A: Bagaimana mereka menyerang Anda?
B: Mereka menyerang saya di mana-mana. Itu dimulai ketika
saya mengajar di masjid-masjid, mereka mempersulit keberadaan saya di
masjid-masjid tersebut. Demikian juga saat saya mengajar secara khusus
kepada para pemuda dan kalangan perempuan. Ditambah lagi, mereka
melakukan berbagai ancaman hingga sampai pada pelecehan fisik, menebar
tuduhan bohong, dan memalsukan potongan-potongan video dari media demi
menggiring opini publik untuk memusuhi saya.
A: Mengapa berbagai ancaman tersebut muncul?
B: Karena saya satu-satunya yang secara nyaring menyuarakan
kebenaran menentang pemikiran radikal dan kekerasan bersenjata yang
dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin dan Salafi.
A: Apa pendapat Anda tentang Mursyid Ikhwanul Muslimin?
B: Apa yang Anda maksud dengan mursyid? Saya ingin tahu
arti spesifik dari kata “mursyid”. Apakah yang Anda maksud mursyid
politik atau mursyid agama? Saya tidak tahun, sebenarnya dia mursyid di
ranah yang mana.
A: Siapa sebenarnya yang memimpin Mesir?
B: Sangat ruwet dan kacau.
A: Bagaimana menurut Anda terkait Jamaah Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
B: Itu adalah kelompok para remaja dari kalangan Salafi yang ingin terkenal di dunia dengan memakai nama Islam.
A: Anda pernah menyatakan bahwa jika jamaah tersebut
benar-benar ada, maka perlu dipertanyakan keberadaan Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Kehakiman, kenapa?
B: Saya tidak bermaksud meremehkan keberadaan kedua menteri
tersebut. Akan tetapi, jika organisasi Amar Makruf Nahi Munkar berdiri,
maka apa manfaat dan tugas dari Menteri Dalam Negeri dalam menjaga
stabilitas keamanan dan Menteri Kehakiman sebagai badan peradilan?
A: Menurut Anda, siapa yang berhak melakukan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar?
B: Sudah tentu para ulama Al-Azhar.
A: Apakah mahasiswa Universitas Al-Azhar terpengaruh dengan pemikiran mereka?
B: Universitas Al-Azhar, dengan manhajnya yang moderat
berisi kader-kader salafi dalam jumlah besar. Juga ada upaya untuk
meracuni pikiran para mahasiswa Al-Azhar di asrama-asrama Al-Azhar. Hal
itu Ikhwan lakukan dengan cara membelikan sebagian buku untuk para
mahasiswa. Demikian juga, setiap hari Jumat ada mobil menjemput para
mahasiswa dari asrama untuk diantar ke pengajian para syekh Salafi yang
tidak henti-hentinya menghina Al-Azhar, hingga para mahasiswa tersebut
mendengarkan ceramah yang menyatakan Al-Azhar kafir dan syirik menurut
keyakinan mereka. Orang-orang Salafi Wahabi mengafirkan para ulama
Al-Azhar. Mereka menuduh Al-Azhar telah mencampurkan bid’ah dan
kemusyrikan. Mereka berusaha keras untuk mengubah akidah dan manhaj
(metodologi) Al-Azhar dan diganti dengan metodologi badui, hingga
Al-Azhar berubah menjadi instansi Wahabi dan sekte Wahabi tegak di bumi
Mesir.
A: Apakah menurut Anda ada perbedaan antara sekulerisme, liberalisme, dan kalangan kiri?
B: Tidak ada perbedaan. Semua itu merupakan ideologi
politik dan ekonomi yang tidak akan mempengaruhi keberagamaan seseorang
selagi dia mengucapkan dua kalimat syahadat. Seorang liberal dan sekuler
yang muslim jauh lebih baik daripada orang yang mengaku menegakkan
agama Islam. Mereka memiliki pemikiran yang bersih jauh lebih baik
daripada para penjual agama. Kata liberal dan sekuler tidak bermakna
agama, namun itu hanya ideologi politik semata.
A: Bagaimana Anda melihat tragedi kota Khosus baru-baru ini?
B: Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Al-Azhar dengan
para ulamanya dan Gereja dengan para pastornya bekerjasama melawan
agresi Ikhwanul Muslimin dan Salafi. Beberapa hari setelah Al-Azhar
dilecehkan dengan berdemo di Kantor Grand Shaikh Al-Azhar, terjadi
penyerangan terhadap Gereja Katredal. Apa yang bisa kita harapkan dari
para pemuda yang terdoktrin oleh Yasir Buhami, Ya’kub, dan Abu Islam?!
A: Meski rezim Mubarak buruk, namun sebagian rakyat Mesir beranggapan bahwa itu masih lebih baik daripada rezim saat ini?
B: Rezim Mubarak tidak semuanya buruk. Mubarak telah
berkontribusi dalam membangun militer, perang istinzaf (the war of
attrition) dengan Israel, kemenangan Oktober, dan membangun
pondasi-pondasi negara seperti jalanan, alat transportasi, dan kota-kota
baru. Ya, memang dia melakukan banyak kesalahan, akan tetapi dia
merupakan bagian dari sejarah militer Mesir. Adapun sekarang ini, saya
sendiri tidak tahu apa yang harus saya katakana tentang Presiden
sekarang. (habis)
sumber: http://www.mosleminfo.com
- See more at:
http://www.inilah-salafi-takfiri.com/general/dr-ahmad-karimah-lawan-paham-radikal-al-azhar-harus-gunakan-televisi-wawancara-eksklusif-bagian-2#sthash.AjBEp3ip.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar