Kamis, 03 September 2015

KH. AMAD BADAWI ULAMA ASWAJA PEJUANG NKRI PENAKLUK PENJAJAH DARI BREBES


Makam-Mbah-Badawi
Makam-Mbah-Badawi
Wa lâ tahsabannal-ladzîna qutilû fî sabîli-llahi amwâtâ, bal ahyâ`un ‘inda rabbihim yurzaqûn (Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki),” demikian Allah menegaskan dalam QS. Ali Imran 169. Dari ayat ini mayoritas umat Islam meyakini bahwa para kekasih Allah hanya mati jasadnya saja, sementara ruhnya masih hadir dan mendengarkan semua aduan umat yang dihaturkan kepadanya supaya disampaikan kepada Allah, atau disebut dengan wasîlah.

Sebagian besar umat Islam mendatangi makam para kekasih Allah dengan berbagai tujuan, mulai dari persoalan dunia hingga akhirat. Tentu dari hati terdalam para peziarah itu, terdapat keyakinan yang berurat akar bahwa yang mengabulkan permintaannya adalah Allah, bukan wali yang diziarahinya. Posisi wali dalam hal ini hanya sebagai perantara, sebagaimana posisi malaikat Jibril sebagai mediator yang menghubungkan komunikasi antara nabi Muhammad dan Allah.
Salah satu makam yang mengundang banyak umat Islam -terutama yang tinggal di Kabupaten Brebes, Cirebon, dan Indramayu- untuk berdoa di situ adalah makam KH Ahmad Badawi yang terletak di tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes Jawa Tengah. KH Ahmad Badawi merupakan salah seorang kyai kharismatik yang dapat menaklukkan para penjajah Belanda yang menyerang wilayah Kecamatan Ketanggungan dan sekitarnya dengan cara-cara yang sangat halus.
Konon, secara lahiriyah yang kasat mata, Kyai Badawi terlihat sebagai sosok yang sangat bersahabat dengan penjajah-penjajah itu. Kediamannya yang kini terletak di sekitar Jl Panggung Ketanggungan hampir setiap hari didatangi penjajah. Kepada para tamunya itu, Kyai Badawi menghormati betul, memberi jamuan berupa aneka makanan dan minuman, serta sangat ramah terhadapnya.
Penampakan Kyai Badawi yang terlihat hormat dan ramah terhadap penjajah ini ternyata bagian dari strateginya dalam menaklukkan penjajah. Baginya, menjamu tamu yang berprilaku biadab terhadap wong cilik bagian dari kesempatan ampuh untuk melumpuhkannya, yakni melalui makanan dan minuman yang disajikan, Kyai Badawi menyelipkan untaian-untaian doa yang sangat dahsyat.
Penjajah-penjajah itu ketika sudah menyantap makanan dari Kyai Badawi maka akan kalah dalam berperang. Pengelola masjid yang berada di depan tempat pemakaman Kyai Badawi, Ustadz Sayuti, menyampaikan bahwa karomah Kyai Badawi berbentuk isyarat yang tidak terlihat. Mungkin bagi orang awam sulit untuk mengenali perilaku Kyai Badawi pada masa hidupnya.
Ketika Belanda hendak menyerang daerah Ketanggungan bagian selatan (Kini menjadi Desa Buara, Desa Cikeusal, Desa Pamedaran dan sekitarnya), para penjajah yang berjumlah lebih dari 3 kompi mampir terlebih dahulu di kediaman Kyai Badawi. Seperti biasa, para penjajah itu disambut baik dan dijamu dengan beraneka macam makanan dan buah-buahan.
Di medan pertempuran, penjajah sebanyak 3 kompi itu tidak ada satu pun yang jasadnya kembali dalam keadaan masih hidup. Semuanya tewas di medan pertempuran. “Dados, Kyai Badawi niku naklukaken Belanda mboten ngangge serangan fisik, nanging ngangge isyarat ingkang mboten nampak (Jadi, Kyai Badawi itu menaklukkan Belanda tidak dengan cara penyerangan fisik, tapi menggunakan media yang tidak terlihat oleh mata),” tutur Sayuti di kediamannya yang berhadapan langsung dengan pintu masuk makam Kyai Badawi (23/1).
Source: nujateng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar