Senin, 07 September 2015

Seri Kepalsuan Ibnu Taimiyah


Apakah Benar Ibnu Taimiyah Ahli Dalam Ilmu Hadis? (1)
Apa benar Ibnu Taimiyah seperti yang dibanggakan para pengikut dan muqallidnya bahwa ia pakar yang mumpuni dalam ilmu hadis?
Atau ia seperti yang disifati para penentangnya dan menentang cara dan metode keberagamannya dan sikapnya terhadap Sunnah Nabi saw., ia adalah seorang yang gegabah dalam menyikapi Sunnah dan menjadikan hawa nafsunya sebagai imam dan penentu?
Sajian di bawah ini akan membuktikan mana dari kedua penilaian di atas yang sesuai dengan realita dan kenyataan sebenarnya!
Ikuti terus sajian kami kali ini!
Tentang Hadis Tawassul Kepada Nabi Muhammad saw. dalam Berdo’a.
Ibnu Taimiyah menukil beberapa hadis dari beberapa sahabat dan tabi’în yang ia akui keshahihannya tentang bertawassul kepada Nabi saw. dalam berdo’a, seperti do’a yang terkenal yang diajarkan Nabi saw.kapada seorang sahabat beliau saw.:
اللهم إني أتوجه إليكبنبيك نبي الرحمة، يا محمد إني أتوجه بك إلى ربك وربي يرحمني مما بي.
“Ya Allah, aku menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu, nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammmad, aku menghadap denganmu kepada Tuhanmu dan Tuhanku agar Dia merahmatiku dari apa yang sedang aku hadapi.”
Dan redaksi lain semisalnya.
Ibnu Taimiyah juga menukil dari para ahli hadis seperti al Baihaqi, Ibnu as Sunni dan ath Thabarani bahwa para Salaf (yang tak henti-hentinya diaku kaum Wahhabiyah sebagai panutan mereka) bahwa mereka telah mempratekkan dan mengamalkannya.
Setelahnya Ibnu Taimiyah berkata:
ورويفي ذلك أثر عن بعض السلف، مثل ما رواه ابن أبي الدنيا في كتاب (مجانيالدعاء)… فهذا الدعاء ونحوه قد روي أنه دعا به السلف، ونقل عن أحمد بنحنبل في (منسك المروزي)التوسل بالنبي(ص)فيالدعاء.
“Dalam hal ini telah diriwayatkan dari sebagian kaum Salaf, seperti apa yang diriwayatkan Ibnu Abi ad Dunya dalam kitab Majâni ad Du’â’… dan do’a ini dan semisalnya telah dipraktikkan para Salaf. Dan telah dinukil dari Ahmad ibn Hanbal dalam Mansak-nya al Marwazi disyari’atkannya bertawassul dengan Nabi saw. dalam berdo’a.” (Baca at Tawassul wa al Wasîlah karya Ibnu Taimyah:105-106)
Akan tetapi anehnya dalam halaman-halaman pertama dalam kitab tersebutberkata:
إن أحدا من الصحابةوالتابعين لهم بإحسان وسائر المسلمين لم يطلب من النبي (ص)بعد موته أنيشفع له! ولا سأله شيئا! ولا ذكر ذلك أحد من أئمةالمسلمين في كتبهم!!
“Tidak seorang pun dari sahabat, tabi’în dan seluruh kaum Muslimin ada yang meminta dari Nabi saw. setelah fawatnya agar beliau memberikan syafa’at untuknya! Tidak pula meminta sesuatu, dan tidak pernah disebut oleh seorang pun dari para imam kaum Muslimin dalam buku-buku mereka!!” (At-Tawassul:1)
Abu Salafy berkata:
Lalu kemanakah ia buang hadis-hadis yang ia nukil dan ia shahihkan sendiri dari Imam Ahmad, Ibnu Abi ad Dunya, Ibnu As Sunni, al Baihaqi dan ath Thabarani? Bukankah Ibnu Taimiyah sendiri yang mengakui bahwa demikianlah praktik kaum Salaf?!
Tapi, bukanlah Ibnu Tamiyah kalau tidak gemar memalsu! Bukan Ibnu Tamiyah kalau tidak menentang kebenaran jika kebenaran itu berseberangan dengan hawa nafsunya.
Allah SWT berfirman:
أَ رَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلهَهُ هَواهُ أَ فَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكيلاً.
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya.” (QS. Al Furqân; 43)
Bukankan Ibnu Taimiyah itu seorang yang berilmu?
Jawabnya, ya!! Lalu mengapakah dia bersikap begitu?
Jawabnya ada dalam firman Allah SWT di bawah ini:
أَ فَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلهَهُ هَواهُ وَ أَضَلَّهُ اللَّهُ عَلى‏ عِلْمٍ وَ خَتَمَ عَلى‏ سَمْعِهِ وَ قَلْبِهِ وَ جَعَلَ عَلى‏ بَصَرِهِ غِشاوَةً فَمَنْ يَهْديهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَ فَلا تَذَكَّرُونَ (23)
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (QS. Al Jâstiah;23)
Jadi apabila hawa nafsu dijadikan oleh seseorang sebagai tuhannya yang akan menetukan arah dan kecendrungannya maka tidak ayal lagi semua kebenaran yang tidak sejalan dengan selara nafsunya pasti akan ia bantah dan bantai!
Segamblang apapun dalil-dalil kebenaran di hadapan matanya pasti akan dengan mudahnya ia tolak dan bantah! Ia carikan seribu satu alasan untuk membatalkannya!
Itulah Ibnu Taimiyah!!! Imam besarnya kaum Wahhabiyah “Pemurni ajaran tauhid”!!

Kepalsuan Ibnu Taimiyah (2)

Apakah Benar Ibnu Taimiyah Ahli dalam Ilmu Hadis? (2)
Ziarah Makam Suci Nabi Muhammad saw. dan makam-makam suci para nabi as. dam kaum Shaleh ra.
Ibnu taimyah berkata:
ليس عن النبي (ص) في زيارة قبره ولا قبر الخليل حديثا ثابتا أصلا.
“Tidak ada satu hadispun yang tetap dari Nabi saw. tentang ziarah makamnya dan makan Khalih (Nabi Ibrahim as.).” (Baca kitab az Ziyârah; Ibnu Taimiyah:12-13)
Dalam kesempatan lain ia berkata:
والأحاديث الكثيرة المروية في زيارة قبره كلها ضعيفة بل موضوعة لم يرو الأئمة ولا أصحاب السنن المتبعة منها شيئا “.
“Dan hadis-hadsi yang banyak yang diriwayatkan tentang ziarah kuburan Nabi seluruhnya lemah bahkan palsu. Tidak satupun yang diriwayatkan oleh para imam dan penulis kitab-kitab Sunan yang diikuti.” (Az Ziyârah; Ibnu Taimiyah:22-23)
Sementara itu Ibnu Taimiyah dalam dua kesempatan menukil hadis shshih dari Rasulullah saw. yang diriwayatkan Imam Ibnu Mâjah dan ad Dârquthni dalam dua kitab Sunan mereka.
Rasulullah saw. bersabda:
”من زارني بعد مماتي كأنما زارني في حياتي “
“Barang siapa menziarahiku setelah wafatku maka seperti menziarahiku di masa hidupku.”
Walaupun kemudian ia –seperti kebiasaan lamanya- berbalik mengingkarinya dan berkata:
“Tidak seorang pun dari para imam tentang ziarah satu atsar pun dan tidak pula datang dalam kitab Sunan!”
Masihkah ada keraguan bahwa Ibnu Taimiyah –Imam besarnya kaum Wahhabiyah- termasuk yang gemar menipu, memalsu dan membodohi kaum awam dengn mengaku ini dan itu?!
Mengapakah ia harus berbohong? Memalsu? Menipu? Dan mengaku-ngaku bahwa tidak ada seorang pun dari para imam dan penulis Sunan yang meriwayatkannya?
أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ بِمَا لاَ تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيْقاً كَذَّبْتُمْ وَ فَرِيْقاً تَقْتُلُوْنَ.
“Apakah setiap rasul datang kepada kalian dengan membawa misi yang tidak sesuai dengan keinginan kalian lalu kalian bertindak angkuh; sebagian dari (para rasul itu) kalian dustakan dan sebagian (yang lain) kalian bunuh?.” (QS. Al Baqarah;87)
Apakah setelah bukti-bukti nyata berupa hadis-hadis shahih dari Nabi saw., mereka tetap menolaknya dan mengatakan, ‘apa yang kamu bawakan itu itu kepalsuan belaka’?
Mengapakah hawa nafsu begitu menguasai jiwa-jiwa dan pikiran kaum penentang?
فَلَمَّا جاءَتْهُمْ آياتُنا مُبْصِرَةً قالُوا هذا سِحْرٌ مُبينٌ.
“Maka tatkala mukjizat- mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka:”Ini adalah sihir yang nyata”.” (QS. An naml;13(
(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar