Senin, 07 September 2015

Seri Kepalsuan Ibnu Taimiyah 2

Seri Kepalsuan Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah Memotong Riwayat Demi Membela Yazid Putra Mua’wiyah
Tidak ada keluarga besar yang disanjung dan dibela “mati-matian” oleh Ibnu Taimiyah melebihi keluarga besar Bani Umayyah betapapun kejahatan, kebejatan dan kefasikan mereka!
Semua kemampuan yang dimilikinya, ia kerahkan untuk membela dan menyanjung bani Umayyah, seperti Mu’awiyah dan Yazid terkutuk putranya!
Kalau ada riwayat atau data sejarah yang membongkar kejahatan dan kemunafikan Bani Uamayyah, maka pasti kita akan menemukan Ibnu Taimiyah di baris terdepan para “tentara sukarelawan” yang membela mereka dengan tanpa dasar!
Kalau ada riwayat palsu yang membersihkan nama buruk mereka, maka Anda akan saksikan bahwa yang paling “tergila-gila” dengannya adalah Si Anak Taimiyah yang malang itu!
Demikian…. Allah berfirman:
المنافقون و المنافقات بعضهم من بعض
“Orang-orang munafik dan munafiqah sebahagian mereka adalah dari sebahagian lainnya.” (QS. At Taubah;67)
Demikianlah Allah SWT menggambarkan kondisi kejiwaan mereka…. Saling membela…. Saling memberikan uzur!
Ketika menukil riwayat atau data sejarah yang tegas-tegas tidak menguntungkan Ibnu Taimiyah secara ideologis, maka ia akan segera menyensornya untuk memberikan penyelamatan dan memberikan pembelaan untuk tuannya…. Itulah Ibnu Taimiyah seperti dalam kitabnya Ra’sul Husain.
Ia menukil dialoq antara Imam Ahmad ibn Hanbal (rh) dengan putranya bermana Shaleh:
قيل للإمام أحمد: أتكتب حديث يزيد؟
فقال: لا، ولا كرامة، أوليس هو الذي فعل بأهل الحرة ما فعل؟!
وقيل له: إن قوما يقولون: إنا نحب يزيد.
فقال: وهل يحب يزيد أحد يؤمن بالله واليوم الآخر؟!
فقال له ابنه صالح: لم لا تلعنه؟
فقال الإمام أحمد: ومتى رأيت أباك يلعن أحدا.
Dikatakan kepada Ahmad, “Apakah Anda sudi menulis hadis dari Yazid?
Ia menjawab, “Tidak! Tiada kehormatan baginya. Bukankah dia yang telah melakukan kekejian terhadap penduduk Madinah di hari al Hurrah?! (maksudnya pembantaian penduduk kota suci Madinah dan membebaskan pasukannya untuk memperkosa gadis-gadis dan putri-putri para sahabat)
Ada yang mengatakan, “Tapi ada sekelompok kaum yang mencintai Yazid!”
Ahmad menjawab, “Adakah seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir yang mencintainya?!”
Lalu Shaleh putranya berkata, “Mengapa engkau tidak melaknatnya?”
Ahmad menjawab, “Kapan engkau melihat ayahmu ini melaknat seorang pun?” (Ra’sul Husain:205)
Sampai disini, dialoq itu diputus oleh Ibnu Taimiyah. Tentunya agar menjadi kabur atas umat Islam sikap Imam Ahmad ibn Hanbal (rh) terhadap Yazid dan pelaknatan atasnya!
Sebab Ibnu Taimiyah akan sangat keberatan apabila kelak ketika umat Islam mengatahui bahwa ternyata Ahmad –sebagai Imam besar Ahlusunnah- telah memfatwakan dan menganjurkan bahkan melakukan sendiri pelakanatan atas manusia terkutuk yang bernama Yazid ibn Mu’awiyah yang begitu dicintai, disanjung oleh Ibnu Taimiyah dan titisan bani Umayyah yang menamakan diri mereka Salafiyah Wahhabiyah yang sekarang sedang gentayangan di muka bumi bak tersentuh ruh jahat setan!!
Ibnu Taimiyah tidak mau hal itu tersebar!!
Perhatikan lengkap dialoq itu sebagaimana diabadikan para ulama, di antaranya ulama bermazhab Hanbali bernama Ibnu al Jawzi.
Ketika putranya bertanya mengapa ia tidak melaknatnya?!
Ahmad menjawab:
ولم لا يلعن من لعنه الله تعالى في كتابه؟!
فقيل له: وأين لعن الله يزيد في كتابه؟
فقرأ أحمد قوله تعالى: (فهل عسيتم إن توليتم أن تفسدوا في الأرض وتقطعوا أرحامكم * أولئك الذين لعنهم الله فأصمهم وأعمى أبصارهم) ثم قال: فهل يكون فساد أعظم من القتل؟!
“Mengapakah orang yang telah dilaknat Allah tidak patut dilaknat!”
Shaleh bertanya, “Dimanakah (ditemukan) Allah melaknatnya?”
Maka Imam Ahmad memnbacakan ayat:
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan * Mereka itulah orang- orang yang dilaknati Allah dan ditulikan- Nya telinga mereka dan dibutakan- Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad;22-23)
adakah kerusakan yang lebih dahsyat dari membunuh?!”
(Baca: ar Radd ‘Alâ al Muta’ashshib al ‘Anîd; Ibnu al Jawzi:16 dan al Ithâf Bi Hubbi al Asyrâf; asy Syabrâwi:63-64)
Demikianlah hakikat sikap Ibnu Taimiyah! Setiap kali ia berhadapan dengan hadis Nabi saw. atau atsar dari sahabat yang tidak sejalan dengan hawa nafsunya pasti akan ia sikapi dengan pengingkaran, pemalsuan, penyensoran dan pemutar balikan makna!

 Kepalsuan Ibnu Taimiyah (5)

Demi Kebenciannya Kepada Imam Ali ra., Ibnu Taimiyah MemfitnahPara Sahabat Nabi saw.!

Persembahan Untuk Abu Fakhri, Firanda Dkk

Dengan cara-cara yang licik dan licin, Ibnu Taimiyah terus menerus mengembuskan napas beracunnya kepada para pecinta dan pengagung kesesatannya. Para ulama Ahlusunnah telah mencium aroma busuk kemunafikan pada Ibnu Taimiyah dari mulut dan penanya…. Tanpa segan-segan ia menghina, melecehkan Imam Ali ra. menabur keraguan akan keabsahan kekhalifahannya, keadilannya, ketulusannya terhadap Allah dan rasul-Nya, bahkan puncaknya ia meragukan keimanan Sayyidina Imam Ali ra.
Karena Ibnu Taimiyah itu cerdas dan para Salafi Wahhâbi pengagum Ibnu Taimiyah adalah orang-orang dungu maka makar jahat Ibnu Taimiyah yang diselipkan dalam keterangan berbelitnya tidak mampu mereka ketahui. Sebab untuk memahami liku-ilku kejahatan dan kemunafikan Ibnu Taimiyah butuh kecerdasan, bukan taklid buta yang disertai kedunguan akibat jauh dari cayaha kebenaran!
Dalam kesempatan ini saya hanya akan menyakijan satu bukti baru kemunafikan Ibnu Taimiyah seperti ditegaskan para ulama Ahlusunnah sebagai dipaparkan Imam Ibnu Hajar al Asqallâni dalam keterangan panjangnya dalam kitab ad Durar al Kâminah dan telah lewat dalam beberapa artikel saya sebutkan.
Ibnu Taimiyah Menfitnah bahwa Banyak Sahabat Nabi saw. Membenci Sayyidina Ali ra.
Dengan bahasa berbelit penuh racum kemunafikan, Ibnu Taimiyah memfitnah bahwa banyak dari sahabat Nabi saw. adalah pembenci Sayyidina Ali ra. fitnah murahan itu bukan tanpa tujuan… di balik fitnah itu, Ibnu Taimiyah hendak meracuni pikiran kaum Muslimin, khususnya mereka yang tertipu dengan proganda Salafi Wahhâbi bahwa dia adalah juru bicara resmi Islam, Syeikhul Islam!
Dengan sedikit ketelitian pasti Anda dapat membaca bahwa tujuan jahat Ibnu Taimiyah dengan fitnahan itu adalah membangun opini bahwa jangan takut membenci Ali… teladan kamu dalam kebencian (kepada Ali ra)  itu adalah sahabat Nabi. Bukan satu sahabat, yaitu Muawiyah… tapi banyak sahabat…. Di samping tentunya yang terpenting bagi Ibnu Taimiyah adalah membela Mu’awiyah.. bahwa Mu’awiyah tidak sendirian dalam kebenciannya itu!
Dan adanya kebencian para sahabat kepada Ali adalah bukti bahwa Ali bukan orang Mukmin sejati… sebab mana mungkin seorang Mukmin sejati tidak dicintai oleh orang-orang yang telah dipilih Allah SWT untuk menjadi sahabat nabi-Nya?!
Anda mungkin menduduh abusalafy memperuncing kesimpulan dan mengada-ngada! Karenanya, saya langsung ajak anda menyimak sendiri tulisan Ibnu Taimiyah… pendapat dan ulasan Ibnu Taimiyah… bukan pendapat kaum Nashibi yang sedang disebutkan Ibnu Taimiyah.. (sebab sering kali para ustadz Salafi Wahhâbi menipu para jama’ahnya yang rata-rata adalah kaum awam) bahwa itu bukan ucapan atau pendapat Ibnu Taimiyah… beliau hanya sedang menyampaikan pendapat kaum Nashibi untuk melawan kaum Rafidhah!

Perhatian keterangan Ibnu Taimiyah di bawah ini:

إن الله قد أخبر أنه سيجعل للذين آمنوا و عملوا الصالحات وُدًّا، وهذا وعدٌ منه صادقٌ، و معلومٌ أن الله قد جعل للصحابة مودة في قلب كل مسلم لا سيما الخلفاء رضي الله عنهم و لا سيما أبو بكر و عمر، فإن عامة الصحابة و التابعين كانوا يحبونهما و كانوا خير القرون.

و لم يكن علِيٌّ كذلك، فإن كثيرا من الصحابة و التابعين كانوا يبغضونه يسبُّونه يقاتلونه.

“Sesungguhnya Allah telah mengabarkan bahwa orang-orang yang beriman dan beramal shaleh akan dijadikan untuk mereka kecintaan dalam hati-hati kaum Mukminin. Dan ini adalah janji yang benar! Dan telah maklum bahwa Allah telah menjadikan untuk para sahabat kecintaan dalam hati setiap Muslim, khususnya para Khulafâ ra, dan terkhusus lagi kepada Abu bakar dan Umar. Kebanyakan sahabat dan Tabi’în mengagungkan keduanya. Dan mereka (sahabat dan Tabi’în) adalah sebaik-baik generasi.
Dan Ali tidak demikian, karena banyak dari sahabat dan Tabi’în mereka itu  membencinya, mencacinya dan memeranginya!”[1]
.
Abu Salafy:
Kali ini untuk memahami tipu muslihat dan makar jahat Ibnu Taimiyah, Anda tidak harus membutuhkan kecerdasan luar biasa. Cukup dengan sedikit meneliti kata-kata beracun yang digunakannya untuk mengelabui pembacanya, Anda pasti dapat merasakannya.
Pertama yang ingin saya katakana di sini adalah bahwa janji Allah SWT yang ia singgung adalah firman Allah dalam ayat 96 surah Maryam yang berbunyi:

إِنَّ الَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمنُ وُدًّا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”
Kandungan ayat itu dalam hemat Ibnu Taimiyah adalah bahwa tanda dan ciri orang beriman adalah adanya kecintaan manusia kepadanya. Dan karena banyak dari para sahabat dan Tabi’în membenci Ali dan mencacinya maka ayat itu bisa jadi bukti pertanda ketidak-imanan Ali dan dia bukan tergolong orang-orang yang beramal shaleh!
Bolehkah seorang Muslim melontarkan kata-kata keji sepeti itu?! Lalu dengan cara licik seperti itu ia menggiring pembacanya untuk mengeluarkan orang pertama yang memeluk Islam dari kelompok kaum Mukminin?! Demi Allah, sunngguh durhaka kata-kata yang terlontar dari mulut Ibnu Taimiyah dan musuh-musuh Ali ra. lainnya!
Kedua, Jika maksud ayat di atas bahwa tanda dan ciri orang Mukmin itu adalah adanya kecintaan seluruh manusia kepadanya maka pastilah di muka bumi ini tidak ada seorang Mukmin pun yang dicintai seluruh umat manusia. Kaum Yahudi membenci dan memusuhi Nabi Isa as., sebagaimana mereka juga tentunya membenci Nabi Muhammad saw.!
Ini adalah bukti bahwa Ibnu Taimiyah jahil akan makna ayat di atas!
Makna ayat itu adalah, Allahu A’lam adalah demikian: bahwa orang beriman yang mengerjakan amal-amal shaleh maka ia secara umum akan dicintai manusia. Sebab keimanannya akan mendorongnyan untuk menyandang nilai-nilai mulia kemanusiaan dan berbuat amal-amal kebajikan yang bermanfaat untuk orang banyak. Dan karenanya pasti mereka mencintainya!
Ketiga: Sebagaimana telah sering saya katakan dan tegaskan bahwa Ibnu Taimiyah ini adalah manusia berbahaya bagi agama kita sebelum ia berbahaya bagi mazhab Ahlusunnah sendiri! Bagaimana tidak? Betapa sering ia demi menyerang al Hilli (ulama Syi’ah yang sedang ia bantah kitabnya itu) dan menjatuhkan dalil-dalil Syi’ah tentang kepempimpinan Sayyidina Ali ra (seperti yang diyakini Syi’ah)… ya betapa sering untuk itu, Ibnu Taimiyah menjatuhkan dan menghinakan Sayyidina Ali ra sendiri. Dan ini yang telah ditegaskan Ibnu Hajar al Asqallâni.
Dalam kitab Lisân al Mîzân, Ibnu Hajar berkata:

   وكم من مبالغة لتوهين كلام الرافضي أدتـه أحياناً إلى تنقيص عليّ رضي الله عنه.

“Dan betapa sering, karena berlebih-lebihan dalam melemahkan ucapan ulama rafidhi itu menyeretnya kepada menghina Ali (semoga ridha Allah untuknya).”[2]
Karenanya para ulama Ahlusunnah dan juga para kyia dan santri harus serius mewaspadai bahaya pemikiran sesat Ibnu Taimiyah….
Dan kali ini, dalam kata-katanya di atas Ibnu Taimiyah telah mengatakan sesuatu yang sangat berbahaya sekali bagi agama kita bahkan bagi kesunnian kita sendiri!
Jika perkataan Ibnu Taimiyah di atas kita benarkan dan tidak kita anggap sebagai fitnah murahan, maka itu artinya kita telah digiring oleh Ibnu Taimiyah untuk meyakini bahwa banyak dari para sahabat Nabi itu yang fasik dan munafik. Demikian juga dengan para Tabi’în! Sebab, seperti telah disabdakan Nabi Muhammad saw. yang tidak berbicara melainkan dari wahyu bahwa tidak membenci Ali melainkan orang Munafik! Dan yang mencaci Ali berarti ia mencaci Allah dan Rasul-Nya!
Dengan sanad bersambung kepada ats Tsawri dari A’masy dari Adi bin Tsabit dari Zirr bin Hubaisy, ia berkata, “Aku mendengar Ali as. bersabda:
.

وَ الذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ و بَرَأَ النَّسَمَةَ إنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الأُمِّيْ أَنَّهُ : لاَ يُحِبُّنِيْ إلاَّ مُؤْمِنٌ ولاَ يُبْغِضُنِيْ إلا مُنافِقُ.

Demi Dzat Yang membelah biji-bijian dan menciptakan makhluk bernyawa, ini adalah ketetapan Nabi yang Ummi kepadaku bahwa tiada mencintaiku kecuali mukmin dan tiada membenciku kecuali munafik.[3]
.
Imam Ahmad, an Nasa’i, al Âjurri dan al Hakim meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada Abu Abdillah  al Jadali, ia berkata:
.

دخلت على أُمّ سلمة ، فقالت : أيسبّ رسول الله(ص) فيكم؟! فقلت : معاذ الله ! أو سبحان الله ! أو كلمة نحوها ، قالت : سمعت رسول الله(ص) يقول : من سبّ عليّاً فقد سبّني .

“Aku masuk menemui Ummu Salamah, lalu ia berkata, “Mengapakah Rasulullah dicaci-maki di tempat-tempat kalian?! Maka aku berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah! Subhanallah! Atau ucapan semisal itu. Ummu Salamah berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa mencaci Ali berarti ia mencaciku.”
Setelahnya, al Hakim berkata:

هذا حديث صحيح الإسناد ، ولم يخرجاه

Ini adalah hadis shahih sanadnya hanya saja Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.”
.

Hukuman Bagi Orang Yang membenci dan Mencaci Ali ra.!
Dan bagi yang membenci Sayyidina Ali ra. dan apalagi disertai dengan mencacinya adalah murka Allah dan neraka jahannam.
Allah berfirman:

إِنَّ الْمُنافِقينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَ لَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصيراً إِلاَّ الَّذينَ تابُوا وَ أَصْلَحُوا وَ اعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَ أَخْلَصُوا دينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنينَ وَ سَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنينَ أَجْراً عَظيماً.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.* Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”(QS. An Nisâ’[4]:145-146)
Dan:

إِنَّ الَّذينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَ رَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيا وَ الْآخِرَةِ وَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذاباً مُهيناً.

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. al Ahzâb[33]57)
.
Abu Salafy:
Jadi, Ibnu Taimiyah (yang dengan semangat membela kaum munafik seperti Mu’awiyah Cs.) menghujat Syi’ah Rafidhah maka sekarang justeru memberi amunisi berdaya ledak besar bahwa: Jangan salahkan Syi’ah jika mereka menganggap banyak sahabat Nabi saw. itu munafik sebab mereka telah membenci dan mencaci Imam mereka; Ali bin Abi Thalib as.!
Dan ini benar-benar akan membuat kita dipermalukan di hadapan mereka! Lalu apakah kita akan membiarkan Ibnu Taimiyah menjerumuskan kita kepada faham Nashibi yang hanya berambisi menjauhkan umat Islam dari Ali bin Abi Thalib, sahabat mulia nabi saw. dan Khalifah keempat kita?!
Ibnu Taimiyah adalah gembong kaum Nashibi dan kita umat Islam tidak butuh kepadanya dalam membela atau melawan siapapun!
Keempat, Klaim Ibnu Taimiyah (dengan cara licik dan licinya itu) bahwa Sayyidina Ali ra tidak termasuk yang tercakup dalam ayat di atas adalah sebuah kepalsuan dan bukti kebenciannya kapada Sayyidina Ali ra. Para ulama dan mufassir Ahlusunnah telah meriwayatkan di antaranya dari sahabat al Barâ’ bin ‘Âzib bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada Ali, “Ya Allah, jadikan untukku di sisi-Mu sebuah janji dan jadikan untukku kecintaan di dalam hati orang-orang beriman, maka Allah menurunkan ayat tersebut.[4]
Demikianlah fanatisme buta dan kebencian telah menyeret Ibnu Taimiyah (Syeikhul Islamnya kaum Salafi Wahhâbi) ke dalam lembah kenistaan dan kemunafikan dengan meluapkan “unek-unek” hati terhadap Sayyidina Ali ra.!
Kelima, Tuduhannya bahwa banyak sahabat Nabi saw. membenci dan mencaci Sayyidina Ali ra. adalah kepalsuan belaka. Sejarah pun akan membuktikan kebohongan dan kepalsuaannya!
Ambil sebagai contoh sedernaha saja, dalam peperangan Shiffîn ketika Khalifah Ali ra. menumpas para pemberontak yang dipimpim oleh Mu’awiyah dan Amr bin al Âsh… dalam pasukan Ali ra telah bergabung tidak kurang dari delapan puluh sahabat Nabi saw. yang pernah bergabung bersama beliau dalam peperangan Badar.
Ibnu al Atsîr melaporkan, “Dan beliau (Ali bin Abi Thalib) memimpin pasukan di sayap tengah bersama beliau para penduduk kota suci Madinah, dan mayoritas dari penduduk Madinah yang bersama beliau adalah dari golongan Anshar. Dan bersama beliau juga banyak dari pasukan dari suku Khuzâ’ah, Kinânah dan selainnya dari penduduk kota Madinah.”[5]
Sementara tidak bersama Mu’awiyah melainkan kaum arab baduwi dan sisa-sisa anak-anak kaum munafik Quraisy dan putra-putra Thulaqâ’ (kaum kafir yang menyerah ketika Nabi saw. menaklukkan kota Mekkah dan kemudian ditawan dan setelahnya dibebaskan, di antara mereka adalah Abu Sufyan, Hindun, Yazid putra Abu Sufyan, Suhail bin Amr, Ikrimah putra Abu Jahl dan ratusan lainnya)!
Kesiapan para sahabat besar seperti Ammar bin Yasir dan ratusan lainnya, demikian juga dengan para tokoh dan kaum shaleh dari generasi Tabi’în seperti Uwais al Qarani (yang syahid membela Ali ra) adalah bukti nyata bukan untuk sekedar kecintaan tetapi bukti nyata kesetiaan mereka kepada Allah dan rasul-Nya!
Dan lembaran ini tidak sanggup menyebutkan lebih dari apa yang sudah saya sebutkan. Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq dan inayah-Nya untuk menyajikan tulisan lengkap tentang masalah ini.
Ketujuh, Kami meminta Ibnu Taimiyah dan atau para pemuja kesesatannya dari kalangan Salafi Wahhâbi untuk menyebutkan nama-nama para sahabat yang kata Ibnu Taimiyah itu membenci Sayyidina Ali ra.!
Kami meminta para sarjana Salafiyyûn untuk berani menyebutkan nama-nama sahabat yang mendukung Mu’awiyah dalam memerangi Khalifah Ali bin Abi Thalib ra!
Di sini kami berani pastikan bahwa mereka pasti tidak akan sanggup mendatangkan kecuali nama-nama kaum munafik dan/atau kaum fasik seperti Mu’awiyah, Abu Sufyan, ‘Amr bin al Âsh, Mughirah bin Syu’bah, al Walîd bin ‘Uqbah, Yazid bin Mu’awiyah, Samurah bin Jundub dan yang semisalnya….
Penutup  
Dan sebelum saya akhiri tanggapan saya atas fitnah keji Ibnu Taimiyah, saya ingin menutupnya dengan ucapan seorang Salaf Shaleh agung bernama Abu Qais al Awdi.

Ia berkata, “Aku menemui manusia itu terbagi menjadi tiga golongan:

  • Ahli agama (yang berpegang teguh dengan agama)… mereka mencintai Ali.

  • Ahli dunia (penyembah dunia)… mereka mencintai Mu’awiyah.

  • Dan Khawarij.[6]

.
Selamat atas Ibnu Taimiyah yang menyanjung para pecinta Mu’awiyah… semoga kelak ia dibangkitkan dan di kumpulkan bersama Mu’awiyah, Abu Sufyan, Abu Jahal dan Abdullah bin Ubay bin Salûl. Âmîn Ya Rabbal âlamîn.
Wassalam.

[1] Minhâj as Sunnah,7/137 dan dalam cetakan Dâr al Kotob al Ilmiah, Beirut,4/38.
[2] Lisân al Mîzân,6/319. Jadi adalah aneh sikap ngotot sebagian sarjana Wahhâbi Salafi yang mengatakan bahwa Ibnu Taimiyah tidak membenci Ali ra., bahkan ia sangat mencintai dan menghormati Ali! Dan abusalafy hanya salah faham.. abusalafy tidak mengerti maksud ucapan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah… dan mengada-ngada fitnah itu!! (Lebih lanjut silahkan merujuk artikel: Persembahan Untuk Ustadz Firanda: Ibnu Taimiyah Syeikhul Islam Atau Syaikhun Nifâq? [1] )
[3] Hadis ini telah diriwayatkan oleh:
1)      Imam Muslim dalam Shahihnya
2)      An Nasa’i dalam Sunannya dengan dua jalur dan dalam Khashâishnya dengan tiga jalur: hadis 95,96 dan 97, yang semuanya sahih berdasarkan komentar Abu Ishaq al Hawaini (korektor kitab Khashâish).
3)      Turmudzi dalam Sunannya, Manâqibu Ali, bab 95 (Tuhfatu al Ahwadzi,10/239-230) dan ia berkata, :Hadis ini hasan sahih.”
4)      Ibnu Mâjah dalam Shahihnya,bab fadhlu ali ibn Abi Thalib ra.,1/42, hadis114. Ia hadis pertama dalam bab itu.
5)      Ibnu Abi ‘Âshim dalam kitab Sunnahnya,2/598.
6)      Abu Nu’aim dalam Hilyatu al Awliyâ’,4/185 dari tiga jalur dari Adiy ibn Tsâbit dari Zirr, kemudian ia berkata, “Hadis ini muttafaqun ‘alaih (disepakati kesahihannya)”. Setelahnya ia menyebutkan banyak ulama yang meriwayatkan dari Adiy.
7)      Al Muttaqi al Hindi dalam Kanz al ‘Umâlnya,6/394 dan ia berkata, “hadis ini telah dikeluarkan oleh Al Humaid, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad ibn Hanbal, Al Adani, At Turmudzi, An Nasa’i, Ibnu Mâjah, Ibnu Hibbân, Abu Nu’aim dan Ibnu Abi ‘Âshim.
[4] Baca tafsir Rûh al Ma’âni; al Alûsi,16/143 dan juga tafsir al Marâghi,16/88.
[5] Al Kâmil fî at Târîkh,3/297.
[6] Al Istî’âb; Ibnu Abdil Barr,3/1115, biodata nomer:1855.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar